Hubungannya Dengan Konsumen

Dari segi hubungan, B2B biasanya membangun hubungan yang personal dengan perusahaan atau bisnis yang lain sehingga butuh strategi agar perusahaan lain tertarik untuk bekerja sama dalam waktu yang lama. Biasanya, bisnis model B2B butuh kontrak dan hubungan kerja sama yang berkelanjutan.

Sebaliknya, model bisnis B2C memiliki hubungan yang tidak personal dan hanya satu kali transaksi dan selesai, namun konsumen belum tentu berhenti membeli begitu saja. Melihat hubungan yang seperti itu, biasanya bisnis B2C akan usahakan cara agar konsumen mau membeli produknya sebanyak mungkin.

Target Audiens

Untuk target audiens, incaran bisnis B2B biasanya lebih mengerucut dari segi niche dan kategorinya. Fokus utamanya adalah menghasilkan lead generation dan memerlukan data dari target audiensnya secara menyeluruh. Maka dari itu, mereka biasa menggunakan Google Analytics untuk analisis data dan riset kata kunci untuk pelengkap.

Sementara untuk bisnis B2C, target audiensnya jauh lebih luas. Jadi, strategi pemasaran yang digunakan biasanya memanfaatkan seluruh funnel marketing, seperti awareness hingga conversion.

Pendekatan Ke Audiens

B2B biasanya melakukan pendekatan profesional dengan bahasa yang to the point agar target audiens lebih mudah paham. Target audiens B2B biasanya lebih tertarik pada efisiensi dan keahlian bisnis yang ditawarkan, makanya pendekatannya perlu secara logis dan rasional.

Lain halnya dengan B2C yang harus menggunakan kreativitas ekstra. Karena orientasi audiensnya cenderung mementingkan harga, pemenuhan kebutuhan ringan, dan hiburan, bisnis B2C harus menggunakan copy atau desain yang mudah dipahami, kreatif, dan catchy untuk menggaet pelanggan.

Strategi Branding

Strategi yang digunakan oleh bisnis B2B adalah positioning. Strategi ini bertujuan untuk menentukan cara sebuah bisnis dipandang oleh konsumen dalam hubungannya dengan pesaing dalam pasar yang sama. Dengan begitu, trik yang digunakan adalah relationship building agar daya jualnya yang unik dapat ditampilkan pada target audiensnya.

Karena bisnis B2C nggak bisa interaksi secara intensif dengan konsumennya, strategi yang digunakan oleh bisnis B2C adalah messaging, yakni bertujuan untuk mengkomunikasikan pesan utama, identitas, dan nilai-nilai inti dari bisnis kepada target audiens secara keseluruhan. Hal ini berarti bisnis B2C lebih fokus pada copywriting dan layanan yang ditawarkan.

Pengambilan Keputusan

Berdasarkan alur bisnis yang lebih panjang dan kompleks, bisnis B2B butuh banyak pihak untuk mengambil keputusan, mengingat ada kebutuhan korporasi dan pemegang kepentingan juga. Lalu, keputusannya akan disepakati dalam bentuk kontrak pembelian dan jangka waktunya antara perbulan atau pertahun. Jangan heran kalau bisnis B2B menjunjung tinggi kesetiaan ke konsumennya, ya!

Tapi kalau B2C, biasanya keputusan konsumen nggak dipengaruhi pihak lain. Hal ini karena jangka waktu interaksi antara bisnis B2C dengan konsumen jauh lebih singkat, bahkan bersifat beli-putus. Seandainya ada pihak lain, mereka hanya memberikan saran atau rekomendasi pada konsumen aja. Itu alasan kenapa pengambilan keputusan B2C jauh lebih sederhana dan cepat.

B2B dan B2C nggak selamanya berbeda, kok! Ada beberapa poin yang sama antara mereka, seperti segi kredibilitas, pengalaman target audiens, tujuan bisnis, dan channel marketing atau media marketing. Tapi untuk mencari tau apakah suatu bisnis adalah B2B atau B2C, itu adalah 5 perbedaannya. Jadi, kamu udah tau tipe bisnis kamu, belum?