Di era media sosial yang serba cepat, konten viral menjadi impian banyak kreator. Dalam hitungan jam, sebuah video, atau meme bisa menyebar luas, menghasilkan jutaan tayangan dan interaksi. Namun, ada satu hal yang sering terjadi setelah euforia itu mereda, konten yang viral tadi malah dianggap cringe. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: mengapa konten viral yang awalnya disukai justru berbalik menjadi bahan ejekan atau rasa malu?
Mengapa Konten Viral Bisa Menjadi Cringe
1. Overused atau Terlalu Dipaksakan
Tren yang viral sering kali menular dengan sangat cepat. Namun, semakin banyak orang yang mencoba menirunya tanpa inovasi, tren tersebut menjadi basi. Ketika banyak pihak menggunakan formula yang sama tanpa modifikasi, audiens akan mulai merasa bosan dan lebih buruk lagi, menimbulkan cringe Ketika kreativitas digantikan oleh kepatuhan pada pola yang “aman”, hasilnya tidak lagi autentik, melainkan justru terasa memalukan.
2. Tidak Peka Terhadap Konteks Budaya
Salah satu penyebab utama konten viral menjadi cringe adalah ketidakpekaan terhadap konteks sosial dan budaya. Humor yang menyinggung kelompok tertentu, penggunaan simbol budaya tanpa pemahaman yang tepat (cultural appropriation), atau bahkan pemilihan kata yang salah bisa membuat konten viral menjadi bumerang. Apa yang awalnya dimaksudkan sebagai lucu atau menarik bisa berubah menjadi kontroversial dan memalukan.
3. Upaya “Mendekat” yang Gagal
Banyak brand atau tokoh publik yang berusaha “terhubung” dengan audiens muda melalui bahasa gaul, meme, atau tren TikTok. Sayangnya, ketika upaya ini tidak dilakukan secara natural atau dengan pemahaman yang cukup, hasilnya bisa tampak seperti seseorang yang berusaha terlalu keras (try hard). Ketika audiens merasa “dipaksa” untuk tertawa atau terhubung, rasa canggung akan muncul, dan konten pun dianggap cringe.
4. Reaksi Publik yang Berbalik
Dalam dunia digital, reaksi publik sangat cepat berubah. Hari ini dipuji, besok dicemooh. Konten yang viral karena dinilai lucu bisa tiba-tiba menjadi sasaran kritik karena ditemukan unsur negatif di dalamnya. Ekspektasi yang tinggi setelah viral juga bisa memperbesar tekanan: jika ada kekurangan sedikit saja, reaksi publik bisa sangat keras dan menjatuhkan.